Posted by : Unknown
Selasa, 10 Februari 2015
Aceh
Sejarah Aceh
Pada masa pemerintahannya, Sultan Iskandar Muda mampu menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan dunia dan menjadikan Aceh peringkat lima kerajaan islam terbesar di dunia. Tak heran jika pada masa itu, Aceh menjadi tempat pembelajaran agama islam di dunia.
Sultan Iskandar Muda adalah keturunan dari Raja Darul Kamal yang merupakan leluhur dari sisi ibu, sedangkan dari leluhur ayah adalah keturunan dari Raja Makota Alam. Kedua kerajaan itu dulunya berdekatan yang hanya dipisahkan oleh sungai. Iskandar muda lah yang akhirnya berhak sendiri atas tahta dari ke dua kerajaan itu. Ke dua kerajaan itu akhirnya bergabung dan inilah awal mula berdirinya kerajaan Aceh Darussalam.
Sultan Iskandar Muda menikah dengan dengan seorang putri yang berasal dari kesultanan Pahang yang bernama Putro Phang dan memiliki seorang putra yang bernama Meurah Pupok dan seorang putri yang bernama Puteri Seri Alam. Sang sultan sangat mencintai istrinya dan karena cinta nya inilah awal dibangunnya sebuah gunongan di taman istana.
Pembangunan gunongan itu dibuat untuk menyenangkan hati istrinya yang sedang sedih karena rindu dengan kampung halaman. Itulah wujud bukti cinta yang diberikan Sultan Iskandar Muda kepada istrinya putro phang.
Keadilan yang dijunjung tinggi oleh Sultan Iskandar Muda ini juga pernah di buktikannya, walau terhadap anaknya sendiri. Beliau membunuh putranya sendiri yang bernama meurah pupok karena melakukan kesalahan yang membuat malu kerajaan.
Meurah pupok dituduh melakukan perzinahan dengan istri orang, perzinahan ini diketahui oleh suaminya yang lalu membunuh istrinya, lalu suaminya pergi menghadap sang sultan untuk mengadukan kejadian ini, setelah itu suaminya pun bunuh diri di hadapan sultan.
Melihat kejadian itu sang sultan pun marah dan langsung mencari anaknya meurah pupok, saat berhasil menemukan anaknya sang Sultan Iskandar Muda pun langsung mencabut pedang dan membunuh putranya. Itulah bukti keadilan yang ditegakkan oleh Sultan Iskandar Muda. Sampai akhirnya beliau wafat dan kepemimpinan diteruskan oleh menantunya, yaitu sultan iskandar tsani.
Keunikan Aceh
Sebagai bagian dari masyarakat Aceh , kita harus mengetahui sejarah termasuk alat-alat musik yang ada di Aceh yang sudah ada sejak dari jaman Kerajaan Jeumpa Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam hingga jaman Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Adapun sampai saat ini alat musik yang sudah diketahui yang berlaku dalam masyarakat Aceh dari zaman endatu sampai sekarang ada 10 macam :
ArbabInstrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai.
Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.
Serune Kalee (Serunai)
Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.
Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.
Pakaian Adat Aceh
Sebagaimana yang telah lama kita ketahui semua bahwa Provinsi Nangroe Aceh Darussalam ini sering sedkali atau lebih dikenal dengan sebutan ataupun julukan Serambi Mekkah karena banyak dipengaruhi oleh budaya islam. Dan ternyata dalam hal pakaiannya pun sangat tampak sekali lo pengaruh dari budaya islam tersebut,dan mungkin ini sedikit penjelasannya mengenai pakaian adat daerah Aceh ini :
Pakaian adat aceh untuk laki-laki ini disebut atau namanya adalah Linto Baro.
Pria memakai Baje Mekasah atau baju jas leher tertutup dan ada sulaman keemasan menghiasi kerah bajunya.
Jas ini juga dilengkapi dengan celana panjang yang disebut Cekak Musang.
Kain sarung (Ija Lamgugap) dilipat dipinggang supaya memiliki kesan gagah. Kain sarung ini terbuat dari sutra yang disongket.
Sebilah rencong atau Siwah berkepala emas/perak dan berhiaskan permata diselipkan di ikat pinggang.
Bagian Kepala ditutupi kopiah yang sering disebut Meukeutop.
Tutup kepanya ini dililit oleh Tankulok atau Tompok dari emas. Tangkulok ini terbuat dari kain tenunan, sedangkan untuk Tompok ialah hanya hiasan bintang yang berbentuk persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia.
Nah diatas untuk laki-lakinya,dan untuk perempuannya disebut atau namanya Dara Baro.
Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul,dan kerah bajunya itu sangat unik lo,seperti atau menyerupai krah baju khas china.
Celana cekak musang dan sarung (Ija Pinggang) bercorak, yang dilipat sampai pada lutut, Corak pada sarung ini bersulamkan emas.
Perhiasan yang dipakai : Kalung yang disebut Kula. dan perhiasan lainnya seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (Pending) berwarna emas.
Bagian rambutnya di tari keatas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak bunga.
Meskipun pada dasarnya kedua pakaian adat ini memiliki corak yang sama, tapi dari segi ragam dan atribut dari masing-masing pakaian antara laki-laki dan perempuannya terdapat perbedaan.